Nikel vs LFP: Memahami Kontroversi Bahan Baku Baterai Mobil Listrik

Kamu tahu tidak kalau bahan baku baterai mobil listrik jadi perdebatan di debat wakil presiden kemarin malam? Ya, mereka membahas tentang baterai nikel lawan baterai LFP (Lithium iron-phosphate).

Menurutku, kita harus lihat mana yang lebih bagus di antara dua jenis baterai mobil listrik itu, bukan malah ‘mempolitisasi’ baterai mobil listrik yang pada akhirnya cuma buat cari muka.

Memang sih, Indonesia punya banyak destatoto daftar nikel sebagai bahan baku baterai mobil listrik. Tapi perlu diantisipasi ke depannya, tren mobil listrik dunia mulai bergeser ke baterai tipe LFP daripada nikel.

Lantas kenapa nikel mulai ditinggalkan? Ada beberapa alasan yang bikin banyak produsen mobil sekarang beralih pakai baterai tipe LFP.

Apa Yang Dimaksud Dengan Baterai Mobil Listrik?

Baterai mobil listrik menyimpan energi listrik yang digunakan untuk menggerakkan motor listrik mobil. Baterai mobil listrik modern umumnya menggunakan sel baterai lithium-ion.

Ada 2 jenis utama baterai lithium-ion yang digunakan dalam mobil listrik:

  • Baterai nikel mangan kobalt (NMC) – mengandung nikel, mangan, kobalt
  • Baterai lithium besi fosfat (LFP) – mengandung lithium, besi, fosfat

Baterai NMC lebih padat energi sehingga menyimpan lebih banyak energi per ukuran. Tetapi baterai LFP lebih murah, aman, dan awet.

Baterai NMC cocok untuk mobil listrik jarak jauh karena menyimpan lebih banyak energi. Baterai LFP cocok untuk mobil listrik jarak pendek karena harganya lebih terjangkau.

Kedua jenis baterai lithium-ion ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tidak ada yang benar-benar lebih unggul. Pemilihan jenis baterai tergantung kebutuhan dan anggaran.

Perdebatan Sumber Bahan Baku Baterai Mobil Listrik

  • Baterai nikel pernah menjadi pilihan utama untuk kendaraan listrik karena baterai jenis ini memiliki energi dan daya yang tinggi. Namun, baterai nikel mahal dan rumit untuk diproduksi.
  • Sebaliknya, baterai LFP lebih murah, aman, dan tahan lama. Baterai LFP juga dapat diisi ulang lebih cepat dan kurang rentan terhadap efek panas dibandingkan baterai nikel.
  • Meskipun baterai LFP kurang padat energi daripada baterai nikel, kemajuan teknologi terbaru telah meningkatkan kapasitas energi baterai LFP secara signifikan. Kapasitas energi yang lebih rendah dapat diatasi dengan peningkatan ukuran baterai.
  • Banyak produsen mobil listrik global seperti Tesla, Volkswagen, BMW dan Hyundai beralih ke baterai LFP untuk kendaraan entry-level mereka. Ini karena biaya produksi yang lebih rendah dan masa pakai yang lebih lama.
  • Indonesia memiliki cadangan nikel yang melimpah, tetapi perlu berinvestasi dalam teknologi baru untuk bersaing di pasar baterai kendaraan listrik global. Sementara itu, baterai LFP mungkin menjadi pilihan yang lebih baik untuk kendaraan listrik berbiaya rendah.
  • Pada akhirnya, kedua jenis baterai memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Yang terpenting adalah mendorong adopsi kendaraan listrik demi lingkungan, bukan mempolitisasi jenis baterainya. Inovasi terus berlanjut dalam bidang ini.

Kelebihan Dan Kekurangan Baterai Nikel vs LFP

Baterai kendaraan listrik dengan bahan baku nikel vs LFP masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut perbandingannya:

  • Baterai nikel biasanya memiliki densitas energi yang lebih tinggi, yang berarti kapasitas baterainya lebih besar dalam ukuran yang sama. Mobil listrik dengan baterai nikel bisa mencapai jarak tempuh lebih jauh dengan satu kali pengisian daya.
  • Baterai LFP lebih murah untuk diproduksi karena menggunakan bahan baku yang lebih tersedia. Harganya juga lebih terjangkau dibanding baterai nikel.
  • Baterai nikel rentan terhadap overheating dan kebakaran jika rusak atau terjadi kecelakaan. Sebaliknya, baterai LFP lebih stabil secara termal sehingga lebih aman.
  • Baterai LFP umur pakainya lebih panjang. Baterai nikel bisa bertahan 500-1000 siklus pengisian ulang, sedangkan baterai LFP bisa 3000 siklus atau lebih.
  • Cuaca ekstrem seperti dingin atau panas yang ekstrem bisa mempengaruhi kinerja baterai nikel. Baterai LFP lebih tahan terhadap suhu ekstrem.
  • Baterai nikel butuh sistem pendinginan khusus untuk mencegah overheating. Baterai LFP tidak memerlukannya.

Jadi baterai LFP lebih unggul dalam hal keamanan, harga, dan umur pakai. Sementara baterai nikel menawarkan jarak tempuh yang lebih jauh. Pilihan baterai terbaik bergantung pada kebutuhan masing-masing.

Mengapa Baterai LFP Semakin Populer?

Baterai LFP kini makin populer dibandingkan baterai nikel karena beberapa alasan:

  • Harga yang lebih terjangkau. Baterai LFP lebih murah diproduksi karena menggunakan bahan baku utama fosfat besi dan lithium yang lebih melimpah dan tersedia dibanding nikel. Ini membuat harga kendaraan listriknya jadi lebih kompetitif.
  • Awet dan tahan lama. Baterai LFP awet pemakaiannya hingga lebih dari 10 tahun dan ribuan siklus pengisian daya. Ini memberikan nilai uang yang baik untuk pemilik kendaraan listrik.
  • Lebih aman. Baterai LFP minim risiko kebakaran karena struktur kimianya yang stabil. Ini meningkatkan keamanan pengguna kendaraan listrik.
  • Ramah lingkungan. Produksi baterai LFP memerlukan sedikit energi dan menghasilkan sedikit emisi karbon dibanding baterai nikel. Ini membuatnya lebih berkelanjutan.
  • Performa cukup baik. Meski sedikit kalah dari baterai nikel, baterai LFP cukup andal untuk kebutuhan kendaraan listrik sehari-hari.

Jadi wajar bila baterai LFP kini jadi pilihan banyak produsen mobil listrik dunia seperti Tesla, BMW, Ford, dan Volvo. Tren ini kemungkinan akan terus berlanjut di masa depan.

Pertanyaan Dan Jawaban Terkait Perdebatan Sumber Bahan Baku Baterai Mobil Listrik

  • Kenapa baterai mobil listrik bisa jadi topik perdebatan?

Perdebatan ini muncul karena ada pergeseran preferensi bahan baku baterai mobil listrik dari nikel ke LFP. Ini menimbulkan pertanyaan tentang keunggulan masing-masing jenis baterai.

  • Apa kelebihan dan kekurangan baterai nikel?

Baterai nikel memiliki densitas energi yang tinggi sehingga mobil bisa menempuh jarak yang lebih jauh. Namun, baterai ini lebih mahal dan berisiko terbakar jika rusak.

  • Apa kelebihan dan kekurangan baterai LFP?

Baterai LFP lebih murah, aman, dan awet. Namun densitas energinya lebih rendah sehingga mobil tidak bisa menempuh jarak sejauh baterai nikel.

  • Mengapa banyak produsen beralih ke baterai LFP?

Alasannya antara lain karena harga nikel yang fluktuatif, keamanan dan umur pakai baterai LFP yang lebih baik, serta biaya produksi yang lebih rendah.

  • Apakah Indonesia perlu khawatir dengan tren ini?

Indonesia tidak perlu khawatir karena masih banyak peluang dengan baterai LFP. Nikel tetap dibutuhkan meski tak sebanyak sebelumnya.

Pada akhirnya, teknologi terus berkembang. Kita perlu terbuka dan beradaptasi agar bisa memanfaatkan tren baru dengan sebaik-baiknya.

Conclusion

Jadi begitulah, kita harus menilai baterai mobil listrik berdasarkan manfaat dan kelebihan masing-masing, bukan karena alasan politik belaka. Memang Indonesia kaya akan nikel sebagai bahan baku baterai mobil listrik. Namun ke depannya kita harus siap menghadapi tren global yang mulai beralih ke baterai tipe LFP alih-alih nikel. Lalu mengapa nikel mulai ditinggalkan? Ada sejumlah alasan yang membuat semakin banyak produsen mobil beralih ke baterai tipe LFP. Nah, semoga artikel singkat ini bisa memberikan gambaran yang lebih jelas soal perdebatan bahan baku baterai mobil listrik ini.